Picture
MENGUAK MAKNA FOTO DALAM SEBUAH BALIHO !

“ Apa pesan yang hendak di sampaikan dari foto dalam sebuah Baliho “. Demikian kira-kira pertanyaan banyak orang, sesaat setelah menatap berbagai wajah yang ada dalam sebuah Baliho. Baliho kini telah dianggap sebagai sebuah strategi murah meriah, dalam upaya memperkenalkan sosok seorang calon kepada konstituennya. Tak pelak lagi pencintraan menjadi tujuan utamanya. Itu sebabnya wajah yang bersih, luwes, senyum, kumis yang rapih, serta kopeah, sangat diperhatikan untuk dapat menghadirkan efek citra positif terhadap orang yang melihatnya.

Sebagai sebuah alat propaganda yang murah meriah. Foto dalam sebuah baliho, tidak hanya sekedar  hendak menjelmakan sebuah kisah kehidupan, tetapi lebih jauh dari itu, foto pun berpotensi untuk membius para konstituen yang melihatnya, untuk larut dalam sikap keterpesonaan yang instan dan tiba-tiba.  Padahal apa yang terlihat dalam sebuah foto, tidaklah seluruhnya sesuai dengan realitas yang sebenarnya.  Hubungan antara gambar dalam sebuah foto ternyata sering menciptakan ketegangan yang kontradiktif, diantara dua realitas informasi. Sehingga keberadaannya sungguh sangat ambigu.

Sifat keambiguan sebuah foto lah, yang lantas dimanpaatkan oleh tim sukses dari masing-masing calon, demi kepentingan pencitraan semata. Sehingga tepatlah apa bila baliho , sengaja dijajakan di sepanjang jalan , sebagai sebua penciptaan dunia palsu yang  sangat berpotensi menipu kesadaran publik.

Maka tak salah apabila Joko Pinurbo dalam sajak Tukang Potret Keliling (2007) menanyakan keklisean (kemenduaan atau kepalsuan) sebuah foto. ”Ini wajahku, wajahmu, atau wajah kita?,” begitu tulis penyair asal Yogyakarta itu. Barangkali ada banyak wajah dalam sebuah foto, tetapi benarkah itu wajah yang sesungguhnya. Meminjam Joko lagi, bahwa sebenarnya ”ada foto” tentang mereka, ”tapi tak ada foto dirinya (mereka).”

Oleh karena itu, sudah selayaknya, foto dalam sebuah baliho tidak hanya di lihat oleh mata semata, tetapi sudah saatnya hati dan otak untuk diajak terlibat , agar kita tidak termasuk bagian  dari manusia yang tersesatkan oleh pencitraan dari sebuah foto.

( Selamat menatap indahnya, ratusan Baliho, yang menyeruak hampir diseluruh sudut tempat di kota kita !. Selamat menghayatinya !, Selamat menggunakan hati dan logika !, selamat memilih !, dan selamat berharap, semoga setiap janji yang ditawarkan !, merupakan jawaban nyata, dari setiap harapan yang tiap hari kita gantungkan ! )


This is your new blog post. Click here and start typing, or drag in elements from the top bar.



Leave a Reply.