SOSOK LELAKI TUA YANG SEDANG BERTEDUH DI BAWAH POHON NANGKA

Di ruang tamu,jam satu siang,lewat kaca jendela,kembali aku melihat sosok lelaki tua yang sedang berteduh di bawah pohon nangka .Cuaca memang menyengat demikian panasnya siang itu,suasana jalan pun tampak sepi.Tak banyak orang yang mau membiarkan badannya bercucuran keringat dalam situasi seperti itu . Angin bertiup cukup kencang ...menyerbu lepas dari arah punggung bukit Gunung bohong,menerbangkan debu-debu halus yang tak kuasa melawan derasnya angin.

Aku sendiri hanya berkaos oblong ,dan bercelana pendek ,namun itu semua belum sanggup menghilangkan udara panas,walau pintu ruang tamu telah dibuka selebar mungkin .Segelas air putih yang kuambil dari dalam kulkas,beberapa potong kue murahan produk industri rumah tangga,menjadi teman terbaikku,untuk mencoba melupakan  cuaca panas yang sedang kurasakan .

Dalam kesendirian, ku coba tebarkan pandangan ke arah jalan di depan rumah , dan seolah mengulangi kejadian hari-hari sebelumnya , kali ini pun kembali kulihat sosok itu , sosok lelaki tua yang sedang berteduh di bawah pohon nangka .Badan bapak tua itu nampak kurus , uban putih  sudah menguasai hampir di seluruh rambutnya yang tersisa.ku taksir usianya sudah melewati angka 60 tahunan, sebuah usia yang seharusnya membebaskan dia dari pekerjaan yang berat .Namun aku sangat menyukai raut mukanya ,terlihat cukup bersih untuk ukuran orang-orang yang sehari-hari terus berjalan melewati kampung demi kampung ,sifat ramahnya terpancar jelas ...lewat gurat-gurat wajah yang memncarkan sifat kesabaran yang terlihat sangat alami .

Orang sekampung mengenalnya  sebagai Pak Usman , lelaki tua ,yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling kampung.Berkali-kali aku telah menggunakan jasanya, bahkan dalam beberapa kejadian aku sering memintanya memperbaiki sepatu atau sandal yang sebenarnya sudah tak pernah aku pakai lagi. Entah bagaimana setiap melihat wajahnya ada suatu keinginan yang kuat dari hatiku untuk memberikan sesuatu kepadanya .Seperti halnya hari ini ,aku telah mencoba meneliti satu demi satu tumpukan sandal dan sepatu yang berjejer di rak sepatu , aku berharap dapat menemukan sepatu atau sandal yang masih memerlukan perbaikan, untuk alasan dapat memberikan pekerjaan kepada pak Usman .Tapi aku tak menemukan yang kucari .

Mengobrol dengan pak Usman,disela-sela kesibukannya ketika sedang memperbaiki sepatu,merupakan saat-saat yang sangat berkesan .Biasanya aku lebih memposisikan diriku hanya sebagai pendengar saja .Banyak hal yang dia ceritakan,pandangannya tentang kesulitan hidup yang dia alami, kesabarannya dalam menghadapi setiap cobaan ,dan rasa keimanannya yang tetap teguh kepada Tuhan , dia beberkan dengan kosa kata yang sederhana,namun ekpresi wajahnya menyiratkan ketabahan yang luar biasa .

Bagi dia usaha keras untuk dapat membiayai makan keluarganya ,harus dilakukan hari demi hari,dengan tingkat keberhasilan yang belum pasti .Semakin membanjirnya produk-produk sepatu dan semakin enggan nya masyarakat untuk memperbaiki sepatu ...menjadi salah satu penyebab , dia sulit mendapatkan order ngesolnya .Hal itu lah yang membuat pak Usman sering pulang hanya dengan tangan hampa , dan tak mampu memuaskan harapan yang di bebankan padanya oleh seluruh anggota keluarganya .

Siang ini , di saat cuaca demikian panasnya , aku kembali melihat pak Usman ...duduk di bawah pohon nangka.Tumpukan Ban bekas masih terlihat menumpuk di kotak kerjanya .Aku hanya bisa menduga ...mungkin belum ada satu pun order nesol yang dia dapatkan hingga siang ini .Dari balik kaca jendela ...kulihat Pak Usman membuka topinya , rambutnya terlihat tidak rapih benar , apa lagi topinya yang berubah fungsi jadi kipas darurat ,semakin membuat rambutnya berkibaran kemana-mana . Tak kusangka ... ada beberapa anak kecil tetangga saya ...mendekatinya .Mereka terlibat dalam obrolan ringan dengan pak Usman .Beberapa kali kulihat anak-anak itu terpingkal-pingkal tertawa , entah ..cerita lucu apa lagi yang disampaikan pak usman kepada anak-anak kecil itu .Tetapi anak-anak itu nampak sangat berbahagia . Tak beberapa anak-anak kecil itu menghilang ,dipanggil oleh orang tuanya yang menyuruhnya tidur siang .

Pak Usman kembali ku lihat ..asyik dengan kesendiriannya , beberapa kali kepalanya mendongak ke arah langit , menebarkan sorot matanya menembus langit yang tak bertepi . Aku sendiri tak mampu menebak perasaan apa yang sedang berkecamuk di hatinya .Perlahan ...pak Usman berdiri , kemudian ...membetulkan posisi kotak pikulannya .Sesaat dia berdiri mematung ... mulutnya komat-kamit seperti sedang berdoa . Kemudian dia berlalu ...melanjutkan perjuangannya untuk ...mengais harapan yang serba tidak pasti .




Leave a Reply.